Adipura Untuk Sang Penyapu Jalan
Demi sebuah tropi Adipura, kota – kota besar di Indonesia belakangan ini gencar mengenai kebersihan kotanya. Memangnya siapakah gerangan yang dapat membersihkan kota mereka?Polisi?tidak!Walikota?apalagi,bukan!Betul jika anda menjawab tukang sapu jalan.
Jam operasional mereka layaknya pekerjaan biasa yaitu 8 jam per hari. Lalu pekerjaan yang mereka lakukan tergolong tidaklah mudah, karena mereka lakukan semua itu dipinggir jalan dan kadang mereka bekerja tidak mengenal waktu. Mereka dapat membersihkan jalan ratusan meter dengan bolak – balik baik siang maupun malam hari.
Namun akan semua itu upah yang mereka peroleh sangatlah jauh dari kata cukup. Untuk seorang penyapu jalan upah yang mereka terima beragam, ada yang Rp 16.000/bulan, ada juga yang Rp 22.000/bulan. Tapi hal yang mengejutkan, sang penyapu jalan ini pergi ke lokasi yang akan dibersihkan tanpa diantar oleh mobil dinas kebersihan, melainkan mereka harus membiayai sendiri ongkos pergi ke lokasi yang akan dibersihkan. Sesak memang bila kita saja yang upahnya lebih dari mereka selalu merasa kekurangan. Dan yang terpenting bagi kita dalam bekerja adalah konsentrasi dalam pekerjaan yang sedang kita lakukan. Makan ialah syarat wajib untuk kita dapat selalu berkonsentrasi dalam bekerja, tapi tidak dengan sang penyapu jalan. Upah mereka yang kecil itupun sudah termasuk uang makan mereka selama bekerja pada hari tersebut. Jadi sudah menjadi kebiasaan mereka menahan lapar disaat bekerja yang berakibat konsentrasi hilang.
Sama halnya dengan masalah upah yang sangat kecil, jaminan kesehatan maupun keselamatan dalam bekerja untuk sang penyapu jalan ini malah tidak ada. Padahal mereka yang sudah bekerja siang sampai malam tanpa uang makan yang tidak masuk akal, dan bekerja dipinggir jalan yang sewaktu – waktu dapat merenggut nyawa, makin diperparah dengan tidak adanya jaminan kesehatan untuknya.
Bila dari biaya individu saja tidak mencukupi, bagaimana sang penyapu ini dapat menghidupi keluarganya yang sabar menunggu demi mendapatkan sesuap nasi. Semua penderitaan yang dialami sang penyapu jalan belum berkhir dengan biaya kontrakan yang juga harus mereka bayar selama sebulan mulai dari Rp 200.000 – Rp 450.000 per bulan. Sang penyapu jalan pun harus membayar biaya pendidikan anaknya yang masih sekolah dengan kisaran biaya Rp 100.000 per bulannya. Sedih rasanya pemerintah kota yang belakangan ini gencar akan lingkungan yang sehat hanya mendapatkan sebuah tropi adipura dan gengsi mengeluarkan dana yang sedemikian besar nam,u tidak memperhatikan taraf hidup orang yang membersihkan kota tiap hari.
Makannya tropi adipura lebih cocok diberikan kepada penyapu jalanan saja dibandingkan untuk sebuah kota yang tidak tahu berterima kasih. Toh mereka kan yang membersihkan kota tiap hari, benar tdak!
(Sumber : Kompas 8 Maret 2010)
0 Response to "Adipura Untuk Sang Penyapu Jalan"
Posting Komentar